Senyum Tulus dari Vira

Rabu, 21 Maret 2012


#CeritaHariIni, “GA ADA!!!.” Tidak ada yang special di hidupku.
            Oke aku terlalu emosi mungkin, tetapi ini kenyataannya, hari ini bukan hari special, hari ini hari yang biasa-biasa saja. Sebetulnya aku terlalu pagi menyebutkan hari ini tidak ada yang special, karena ini baru jam 6 pagi. Tetapi aku terlalu pesimis untuk menebak hari ini akan berakhir bagaimana. Gadis remaja SMA kelas 2 IPA berusia 16 tahun yang bernama Kartika Virginia yang mempunya masalah dengan kepercayaan diri dengan wajah dan kawat gigi. Oke, aku seperti Ugly Betty versi lebih buruk lagi. Dalam serial tersebut walaupun dengan dandanan jelek America Ferrera yang memerankan Betty tetap terlihat sangat cantik walaupun dengan dandanan geeks ala Betty.
            Hari Senin, aku harus ada di sekolah jam 6 pagi. Menurut semua orang mungkin terlalu pagi bagi anak SMA yang lain, tetapi menurutku ini terlalu siang. Aku harus tiba-tiba di kelas sebelum dilihat anak-anak lainnya. Aku terlalu malu untuk memamerkan diriku ini kepada seantero SMA Negeri 01 Denpasar ini. Kabar baik hari ini, cuma Upacara Bendera hari ini dibatalkan karena hampir setengah dari jumlah guru disini sedang mengikuti Training tentang metode belajar yang baru, apakah itu namanya, terlalu sering metode diganti sehingga aku murid yang selalu dibilang anak emas guru-guru tidak peduli, yang penting belajar sebaik-baiknya sehingga tidak lupa apapun. Ini bukan kabar baik untukku, seandainya lebih dari setengah guru tidak ada disekolah, berarti banyak jam kosong, yang berarti banyak siswa keluar kelas nongkrong di kantin dan silaturahmi ke kelas lainnya. Pilihan pertama tidak masalah menurutku, terserah deh mereka mau nongkrong di kantin, mau makan sampai mampus, atau mau membakar kantin aku ga peduli, karena selama aku sekolah disini bisa dihitung dengan jari berapa kali aku ke kantin, sehingga banyak petugas kantin menganggap ku murid baru ataupun siswa miskin yang tidak punya uang. Terima kasih atas anggapan mereka, supaya mereka tahu saja sebenarnya aku lebih senang membawa bekal yang sehat dari rumah daripada belanja di kantin yang makanannya itu-itu saja selama aku bersekolah disini.
            Yang menjadi masalahku adalah pilihan yang ke-2, aku terlalu malu untuk dilihat atau diperhatikan orang lain. Terlalu banyak yang aku pikirkan jika ada seseorang yang melihatku. Aku selalu berkhayal yang aneh-aneh, terutama pikiran negatif. Jika ada seorang yang memperhatikan ku lebih dari 1 menit pasti aku akan memikirkan hal negatif yang dipikirkan orang itu. Aku tahu itu tidak baik, tetapi rasa penasaran dan pikiran negatif ini selalu menghatui ku. Seperti hari ini Daniel teman sekelasku yang memperhatikan ku dan berbisik kepada temannya, Oh!, crap, pasti ada yang salah denganku. Apa di kawat gigiku terselip sisa makanan, atau gigiku tampak lebih maju. Aku tidak mau diejek Tonggos lagi seperti sewatu SMP, sungguh menyedihkan nasibku. Secepat kilat aku mengambil cermin yang selalu di bawa Tita di kolong meja untuk melihat apa ada yang salah pada kawat gigi, wajah, dan penampilanku. Menurutku tidak ada yang salah, mungkin lebih baik aku bertanya kepada sahabat sekaligus teman sebangku-ku Titania, biasanya penglihatan orang lain lebih jeli dari pada diri sendiri, mengingat peribahasa “semut di ujung pulau bisa di lihat, gajah di pelupuk mata tidak bisa dilihat”.
            “Tita, ada yang salah ga dari penampilanku hari ini?” Tita melihat ku dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu geleng-geleng kepala, tuh kan! Pasti ada yang aneh. “Seperti biasa Vir, kurang senyum tulus aja.” Tita selalu memanggil aku Vira, asal kata dari nama terkahir ku Virginia, kalau Kartika nama itu terlalu pasaran, dikelas saja sudah ada 2 yang namanya Kartika belum termasuk aku. Aku bengong dengan jawaban Tita tadi. What? Are you kidding me?! Tapi aku ga bisa teriak itu di depan wajah Tita, aku cuma bisa manyun saja. Senyum?? Sepertinya aku selalu senyum deh setiap hari. “Apa maksudnya, kurang senyum tulus?”
            “Please deh Vir, setiap kamu senyum itu kayanya ga ikhlas, seperti dipaksa atau terkesan manyun gitu” Apa pula maksud Tita ini, membuat aku tambah pusing saja. Aku kembali mengambil cermin milik Tita dan mencoba senyum tanpa melihatkan kawat gigi seperti biasa yang aku lakukan. “Tuh kan lihat senyum kamu di cermin, kaya orang dipaksa gitu, coba deh senyum lalu buka bibir sampai gigimu terlihat, pasti tambah cantik.” Tita membuat aku kaget setengah mampus, senyum sambil memperlihatkan kawat gigiku? NO WAY!. “Coba kamu senyum untuk orang yang kamu Sayang Vir, biasanya manjur.” Lalu aku senyum untuk Tita, dia hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat kelakuanku. Aku menaruh cermin itu kembali di tempat sebelumnya ketika Ketua Kelas kami memberikan pengumuman bahwa tidak ada guru yang mengajar seluruh kelas 2 IPA dan IPS sampai jam terakhir yang disambut dengan terikan temna-teman yang lain, selanjutnya aku  mendengar teriakan di kelas sebelah. Mimpi burukku baru dimulai.
***
            Seperti dugaan ku, banyak teman-teman kelas lain yang silaturahmi ke kelas ku. Aku heran kenapa banyak siswa kelas lain tertarik ke kelas ku, ada apa di kelas ku. Diriku baru menyadari kenapa, banyak anggota tim basket dan cheers di kelasku, sejenak aku berpikir untuk pindah kelas ke kelas yang tidak ada murid populernya, aku seperti bunga liar di antara bunga mawar kualitas tinggi yang siap-siap untuk di basmi karena mengurangi keindahan bunga-bunga mawar tersebut. Tiba-tiba Daniel yang dari tadi melihatku menepuk bahu ku, “Vir aku mau tanya sesuatu dong.” Ya ampun pasti sesuatu yang tadi diperhatikan Daniel dari tadi. Aku tersenyum dan bertanya, “Apa Dan?”, aku melihat Daniel yang terlihat malu dan salah tingkah mungkin? Lalu dia berkata, “Aku rencana mau pakai kawat gigi untuk gigi bawahku, kamu tau kan gigi bawahku berantakan, cuma aku bingung cari Dentist yang cocok, terus temen-temen ngasi saran untuk tanya ke kamu, karena temen-temen bilang kawat gigi mu bagus dan rapi jadi tidak terlihat seperti yah.. you know lah”. Aku kaget dengan ucapan Daniel barusan, secara tidak langsung dia bilang kawat gigiku cantik. Wajahku langsung memerah hasil di puji, Daniel yang dari tadi menunggu jawabanku malah bingung dengan tingkahku. Sebelum Daniel tambah heran dengan kelakuanku, aku langsung menjawab “Besok aku bawa kartu nama Dentist langgananku, harganya bersahabat kok dengan anak-anak SMA kaya kita”. Daniel tampak senang dengan jawabanku, “Serius Vir, thank you yah informasinya, dari tadi aku liatin kamu karena mau tanya hal ini, hehehe.”
            Aku masih melongo dengan jawaban Daniel tadi. Jadi, Daniel dari tadi ngeliatin aku cuma mau tanya masalah Dentist? Sepertinya aku harus berubah untuk jangan selalu berpikiran negatif, belum tentu orang yang melihat dan memperhatikan kita memikirkan hal-hal jelek, siapa tahu hal-hal baik dan positif, seperti yang dilakukan Daniel tadi.
            Aku mentertawai diriku dalam hati, kenapa aku baru sadar sekarang, karena pikiran negatif ku, aku selalu berhati-hati dengan orang lain selain sahabatku, sehingga aku jarang tersenyum tulus. Senyumku terkesan dipaksakan atau lebih tepatnya senyumku terlihat seperti orang ketakutan. Benar kata Tita tadi aku harus belajar untuk senyum ke orang lain. Kalau kita ingin orang tersenyum dengan kita, kita harus memulai tersenyum dulu kan.
***
            Tepat jam 10.00 am, istirahat pertama, kebanyakan teman sekelasku diam di kelas mungkin karena mereka sudah ke kantin ketika jam kosong. Aku tidak mempedulikan itu, sekarang waktunya aku makan camilan. Ini kebiasaan ku, mungkin ini agak silly buat para remaja. Aku orang yang perfeksionis masalah gizi dan makanan, aku berusaha mengontrol makanan yang masuk ke dalam tubuhku. Sarapan 6.00 am, Snack Siang 10.00 am, Makan Siang 12.00 pm, Snack Sore 4.00 pm, Makan Malam sebelum jam 7.00 pm. Sesibuk apapun diriku, aku harus mengikuti jadwal makan yang aku buat dan menyiapkan sendiri makanannya. Di luar sana sudah banyak makanan yang tidak sehat dan dari bahan-bahan berbahaya, dari pada aku mengambil resiko aku jatuh sakit dan mati muda, lebih baik aku repot sendiri. Tetapi banyak yang suka dengan masakan sehatku seperti orang tua ku dan kedua kakakku. Tita juga fans berat makanan yang ku buat, kadang kalau dia bosan dengan makanan di kantin, Tita akan menelponku untuk membuat bekal lebih. Aku tidak merasa repot sama sekali, aku malah senang karena ada yang menghargai karyaku.
            Hari ini aku membawa nasi goreng bakso udang dan jamur, pangsit udang untuk snack, dan aku selalu bawa buah potong + pudding dengan saus vla untuk dessert. Mungkin terdengar berlebihan tetapi aku selalu menyiapkan semua pada malam hari dan pagi hari aku tinggal menghangatkannya. Aku berusaha menggunakan manajemen waktuku  dengan baik. Sebenarnya ingin aku menawarkan teman-teman ku bekal yang aku buat, tetapi aku merasa segan dengan mereka, terkesan mereka tidak peduli dengan apa yang aku lakukan. Aku tidak mau berpikir negatif lagi mungkin mereka ingin aku yang menawarkan lebih dulu, besok aku ingin membuat Gyoza sebanyak-banyaknya untuk aku bagikan kepada teman-temanku satu kelas. Aku tidak sabar untuk membuatnya. Tiba-tiba Tita datang dari Kantin dengan sekantong gorengan dan es teh dalam wadah plastik, aku langsung mengemukakan ideku dengan senyum yang lebar, “besok aku mau buat Gyoza untuk temen-temen sekelas.” Tita langsung sumringah dan tersenyum lebar, “yang bener? Dalam rangka apa? Bukannya ultahmu udah lewat ya?” Aku tersenyum lebih lebar lagi, “ga merayakan apa-apa kok Tita, cuma pingin buat sesuatu aja buat temen-temen semua.” Tampaknya Tita masih belum percaya, lalu aku bilang, “lihat aja besok hasil karya ku, pasti enak.” Tita cuma manggut-manggut dengan tatapan masih tidak percaya. Aku cuma tertawa melihat ekspresinya.
            Aku memakan pangsit udangku dan gorengan dengan Tita sambil ngobrol masalah kakak kelas mana yang cocok menjadi kepala sekolah, aku tahu ini obrolan yang aneh, tetapi ini merupakan hal yang lucu untuk dibahas. Aku tidak tahu ini buruk atau tidak tiba-tiba salah satu senior yang katanya memiliki predikat 5 hot guy in school ini datang ke kelas ini, syukur kami berdua belum membahas Edwin. Apa jadinya ketika kita membicarakan Edwin menjadi guru BP di sekolah, lalu Edwin berdiri di depan kita. Aku tidak bisa membayangkannya bisa di MOS 2 kali diriku ini,  Tuhan masih memihakku. Aku melihat rombongan Edwin datang kekelasku untuk setelah bermain basket 3 on 3, kenapa coba dia kemari, main ke ruang kelas junior. Aku baru ingat kalau kelas ku ini hampir ¾ jumlah laki-laki di kelas ini tim basket sekolah, dan hampir ¾ jumlah perempuan di kelas ini anggota cheers termasuk Tita, mungkin dia kemari mencari anggota team basketnya atau pacarnya yang ana cheers. Sudah sesuatu kewajiban dimana anak basket ya pacarannya sama anak  Cheers, memang tidak ada aturan tertulis, tetapi kebanyakanlah seperti itu.
            Seketika Edwin melihatku yang menatapnya dengan tatapan yang bisa aku kategorikan seperti tatapan yang melihat “kenapa seorang Nicholas Saputra bisa ada di dalam toko mainan anak-anak.” Tiba-tiba saja aku ingin mempraktekan senyum tulusku untuk pertama kali untuk Edwin, dan kuberikan senyum ku kepadanya yang langsung dibalas Edwin untukku. Oke praktek pertama kali tidak buruk lah. Secara seorang prince charming sekolah mau membalas senyumku. Mulai detik ini aku akan mulai senyum tulus ke semua orang.
            Edwin yang tadi mengobrol dengan Aldo, Vincent, Andre dan teman-teman basket di kelasku tiba-tiba berdiri tersenyum di depanku dan berkenalan dengan ku, aku masih kaget dengan ini, aku membiarkan tangan Edwin menggantung cukup lama menunggu jabat tangaku, aku tetap diam menatap pangsit udangku yang cuma sisa 3. Lalu Edwin berdehem yang menyebabkan aku tersadar dari lamunanku, dengan cepat kilat aku menjabat tangannya dan menyebut namaku. Edwin melihat pangsit udangku dan berkata, “aku boleh coba ini ga?” sambil menunjuk ke pangsit udangku, ”dari tadi aku perhatiin kamu makan, kayanya enak banget, jadi pingin coba.” Aku senyum lebar ketika dia mengatakan itu, dengan lahapnya Edwin memakan sisa pangsit udangku dan mengatakan ingin mencoba lagi. Rasanya aku ingin senyum sepanjang hari dan terbang mengelilingi sekolah ketika dia mengatakan itu. Cerita hari ini ternyata tidak terlalu buruk, cerita hari ini adalah awal seorang Kartika Virginia yang baru. Cerita selanjutnya pasti akan lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar