Andre & Alika

Jumat, 06 April 2012


“Kamu mau kemana?” lelaki berpenampilan seperti model pakaian Burberry itu menyamakan langkahnya.
            “Aku mau pergi, aku ga tahan disini, aku lelah” perempuan itu tetap melangkahkan kakinya lebih cepat.
            “Aku antar, tunggu dulu aku mau ambil mobil” perempuan itu mebalikkan tubuhnya dan hampir menbarak lelaki itu, dengan tegas perempuan itu menggeleng dan mengatakan, “Ga usah Billy, aku naik taksi aja, aku ga mau ganggu waktumu dengan teman-teman populermu lagi.”
            Perempuan itu melambai untuk memberhentikan taksi yang lewat. Taksi biru itu berhenti di depan perempuan itu, dengan segera perempuan itu masuk ke taksi sebelum lelaki itu menarik tubuhnya lebih keras.
            “Mau kemana mbak?” pertanyaan biasa yang selalu di berikan supir taksi kepada penumpang yang masuk mobil tersebut.
            “Ke Denpasar Pak, nanti kalau sudah di Denpasar saya bilang mau berhenti dimana” Perempuan tersebut masih bingung ingin pergi kemana, yang jelas dia ingin pergi jauh dari tempat  yang dia masuki tadi dan memperbaiki #CeritaHariIni.
Andre, Sabtu 31 Januari 9.00 pm Bookland
            “Huaaaaaahhemm” entah kuap yang keberapa yang aku keluarkan dari jam 6 sore tadi, aku tidak menghitungnya. Kalau seandainya aku menghitungnya mungkin jumlah kuap ku sejumlah tangga naik sampai puncak Borobudur. Sekarang hari Sabtu dan aku mendapat jadwal menjaga Bookland, sebenarnya aku pantang menjaga Bookland hari Sabtu karena Sabtu adalah jadwal aku hangout dengan teman-teman ku. Semenjak menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, waktuku untuk bersenang-senang sungguh terbatas. Cuma Sabtu dan Minggu merupakan hari bebas ku, maka dari itu aku aku pantang menjaga Bookland di hari sabtu, aku perlu waktu istirahat. “Kalau aku istirahat ya aku harus istirahat full 24 jam, ga ada acara menjaga ini itu atau melakukan itu.”
            Ini karena adik perempuanku Tita, karena acara ulang tahu sekolahnya (yang juga almamater SMA ku dulu) yang diadakan di The Stones (yang merupakan tempat clubbing yang lagi HIP saat ini) dia tidak mau melewatkannya karena dia tidak pernah pergi ketempat seperti itu, apalagi sekarang dia mempunyai gandengan baru (alias pacar baru). Seandainya dia belum punya pacar, pasti dia merengek-rengek pada ku untuk mengantarnya, aku sih ga keberatan, “Kapan lagi bisa ketempat seperti itu melihat jadwal kuliah dan menjaga Bookland kalau ditotalkan mencapai 17 jam/hari?”
            Bookland memilliki banyak pegawai, tempat ini memiliki konsep toko buku dan cafe, karena lokasinya yang strategis, tempat ini biasa dijadikan tempat nongkrong untuk sekedar ngopi, wifi gratis, dan membaca buku. Kalau pagi sampai siang biasa dipakai orang kantoran untuk ketemu klien. Nuansa tempat ini cukup nyaman dan menarik karena memiliki design terang dan minimalis. Hampir 20 jam aku menghabisi waktu disini sehingga aku bosan dengan tempat ini, walaupun bosan aku mencintai tempat ini karena ini merupakan pemberian terakhir almarhum ibuku untuk aku dan kedua adikku. Mau tidak mau aku harus menjaga tempat ini sebaik mungkin.
            Aku mengambil iPad ku dan mengecek e-mail masuk yang lebih banyak berisi info baru di jurnal kedokteran dan membalas e-mail dari teman-teman lamaku di Kanada. Bosan aku bermain dengan iPad aku mengambil PSP ku dan mulai bermain Winning Eleven, aku ga puas bermain WE melalui PSP yang aku suka bermain dengan layar besar dengan PS3. Seandainya diizinkan oleh Ayahku, aku ingin membawa PS3 ku kemari dan memasangnya di tv LED di Cafe, sebelum aku memberikan ide ini Ayahku pasti sudah protes besar-besaran. Tv LED dipasang untuk memberikan kenyamanan pengunjung Cafe, kalau aku pasang PS3 disana bisa-bisa pengunjung cafe terganggu dengan aku yang sedang main PS3. Memang benar sih alasan ayahku itu. Yah.. mau gimana lagi harus puas dengan iPad dan PS3 ku, kalau sedang mood aku bawa MacBook ku kemari.
            Permainan ku diganggu dengan petugas FeDex yang datang, “Bener-bener deh jasa fedex ini life to deliver, sabtu malam masih ngirim paket apa mereka bisa menunggu hari Senin, aku lagi ga mood mengurus paket buku luar negeri” Masih dengan PSP di tanganku aku melihat box cokelat dengan tulisan Amazon, “Mohon tanda tangannya disini” sambil menunjuk tempat yang harus aku tanda tangani,  petugas itu tersenyum dengan tulisan dan tanda tanganku. Oke aku tahu tulisanku jelek dan cakar ayam, lebih parah dari cakar ayam. Petugas fedex itu pergi sambil mengucapkan terima kasih. Bookland menyediakan jasa untuk memesankan buku di situs luar negeri seperti Amazon dan eBay, jadi orang-orang menggunakan jasa Bookland dikarenakan rumitnya proses berbelanja di situs luar negeri, belum lagi harus transfer melalui dollar, kadang kalau pesanan buku di Eropa harus menggunaka Euro.
            Sambil memperhatikan box cokelat itu, dia memanggil Ahmed untuk membongkar box cokelat itu. Dia terlalu malas untuk membuka box cokelat itu karena mood nya sedang hilang entah kemana, kalau moodnya itu ada dia bisa sendiri untuk membongkar box itu. Mataku melibar ketika melihat siapa masuk ke pintu Bookland, perempuan yang hampir mirip dengan Miranda Kerr ketika di fashion show Victoria Secret, dengan kulit yang kuning langsat namun bersih, matanya yang cokelat bening aku tidak mampu berkata-kata lagi. Dari pakaian nya yang lebih cocok dikenakan di catwalk dari pada di bawa ke Cafe apalagi toko buku seperti ini, apa dia salah alamat atau dia mau tanya alamat? Tapi tunggu dulu wajah itu kenapa terlihat sedih?
Alika, Sabtu 31 Januari 9.30 pm Bookland
            Aku bingung ingin pergi kemana, dirumah pasti kosong kakakku belum pulang. Orang tua ku sedang keluar negeri untuk bulan madu kedua. Aku tidak mau sendiri di rumah yang kosong, walaupun ada pembantu disana. Aku mengitari kota Denpasar dan memutuskan untuk mencari sesuatu yang hangat di Cafe yang nyaman dan terdekat. Aku meremas clutch bag berwarna emas ku untuk menahan tangisan ku yang bisa saja pecah. Tapi aku tidak ingin menangis saat ini, aku ingin bahagia, tertawa, gembira, lepas dari image popular yang sejak kapan bisa melekat di diriku. Apa karena aku anak cheers aku mendapat image seperti itu, aku ikut cheers karena aku suka menari, bukan ingin popular.
            Aku memutuskan untuk pergi ke Bookland, sudah lama aku tidak membaca buku. Hobi ku membaca buku dan menulis apapun itu cerita, artikel, mungkin ide-ide dimasa depan juga kadang aku tulis dan aku simpan dalam kotak khusus. Semenjak mengikuti Cheers aku sudah tidak pernah membawa novel di dalam tasku. Keseharian ku selalu diisi dengan bergosip, latihan cheers, hangout ketempat yang di bilang keren dan sebagainya. Aku sudah muak dengan semua itu, aku tidak butuh Populer, aku butuh menjadi diriku sendiri, aku senang membaca buku, kenapa ketika aku membaca buku mereka menyebut aku geeks. Ada yang salah dengan geeks, mereka bisa lebih hebat dari orang popular di masa depan. Memang malam ini waktu yang tepat ketika aku bilang ingin berhenti menjadi anggota Cheers di depan Meira ketua Cheers sekolah ku. Meira dan anggota cheers yang lain, aku muak dengan mereka apalagi tindakannya malam ini yang benar-benar tidak berprikemanusiaan, pertama dengan mengejek anak-anak klub buku dan sastra yang datang di The Stones malam ini yang mengatakan tempat mereka seharusnya di perpustakaan daerah bukan disana, dan idenya untuk anggota cheers untuk menari dengan pakaian super seksi, Bikini dan rok mini, yang benar saja, menatang-mentang tidak ada guru yang hadir. Berhenti menjadi anggota cheer merupakan ide yang terbaik. Ketika diriku menari bukan jiwaku menari tetapi tubuhku saja dan ketika aku membaca aku jiwaku dan seluruh tubuhku ikut luruh dengan fantasi yang ada dalam kahayalan buku tersebut.
            Sudah lama aku tidak mencium aroma buku yang baru di buka dari segelnya, melihat warna-warni berbeda dari deretan buku yang di atur dalam rak, dan mengelus cover buku yang licin dengan timbulan huruf judulnya. “Aku rindu semua itu” gumamku di depan bookland. Lama aku berdiri di bookland, aku berpikir keras apakah aku harus masuk atau tidak, melihat pakaianku yang cocok dibawa clubbing dari pada ke toko buku dan cafe. Tapi aku harus masuk untuk menenangkan diriku dan melepas kerinduanku membaca buku.
Andre & Alika, Sabtu 31 Januari 9.45 pm Bookland
            Perempuan itu melangkah mantap masuk ke Bookland masih dengan wajah sendunya, ketika dia masuk dan memberikan senyum kecil kepada laki-laki yang sedang menggenggam PSPnya yang sedari tadi memperhatikannya. Perempuan itu bingung harus bagaimana, karena ini baru pertama kali ke Bookland, dia cuma mendengar Bookland dari teman-teman sekelasnya bahwa tempat ini nyaman dan menarik. Perempuan itu berjalan ke meja kasir dan informasi dimana laki-laki yang memperhatikannya dari tadi berada. Sambil tetap tersenyum perempuan itu bertanya, “Selamat malam, saya Alika saya ingin mencari buku, saya ingin bertanya apa buku terbaru minggu ini?” Lelaki itu terdiam lama antara kagum dan heran mungkin melhat perempuan secantik itu bisa ada dihadapannya malam ini. Lelaki itu tersadar ketika seorang pagawainya menyenggol lengannya.
            Pegawai tersebut menyarankan untuk melihat di laci kaca “new release book in this week” dan menyarankan untuk membuka saja pintu kaca lemari tersebut jika ingin membacanya. Perempuan tersebut tersenyum dan bersyukur hari ini tidak terlalu ramai dibagain toko buku tidak seperti di bagian cafe yang terlihat makin ramai padahal malam sudah semakin larut. Lelaki itu tiba-tiba berbicara, “Saya Andre salah satu pemilik Bookland, apa perlu saya bantu mencarikan buku yang kamu mau?” Pegawai lelaki tersebut sedikit bingung melihat tingkah lelaki yang merupakan bosnya itu. Pegawai itu lebih baik menyingkir dan memberikan waktu lebih kepada bosnya untuk mulai mengenal perempuan bermata indah tersebut.
            Lelaki itu mengantar perempuan itu ke depan lemari kaca tempat dipajangnya buku-buku baru tersebut. Perempuan itu memberikan senyum terima kasih kaepada laki-laki tersebut yang dibalas dengan senyum canggung dari lelaki tersebut. “Kamu mencari buku seperti apa Alika?” pertanyaan pertama yang keluar dari bibir manis lelaki tersebut untuk mengusir rasa canggung yang tiba-tiba datang pada dirinya. “Hmmm.. aku juga bingung ingin mencari buku apa, aku sudah lama ga baca buku, aku kangen membaca buku-buku” Lelaki itu menganggukkan kepalanya, karena bibirnya sepertinya susah untuk mengatakn kata “oooooo...” Perempuan itu tersenyum dan mengambil salah satu buku karangan Primadonna Angela yang terbaru “How’s To Be a Writer” dia tertarik melihat cover manis berwarna cream dengan ilustrasi perrempuan sedang berpikir untuk menulis dan tumpukan buku dan secangkir kopi. Dia membaca teaser di belakang buku tersebut, perempuan itu bergumam ini merupakan penggabunga sebuah cerita dan teknik-teknik menulis sebuah cerita. Perempuan itu terlihat senang dan gembira bisa menemukan buku itu. Lelaki itu terasa tentram melihat ekspresi perempuan itu seperti melihat oase di gurun pasir walaupun itu cuma fatamorgana.
            “Sepertinya saya ingin membeli buku ini” Lelaki itu tersadar dari lamunannya tentang perempuan itu. “ohh.. oke, mau cari buku yang lain atau hanya ini saja, aku bisa membantu mu untuk mencarikan buku-buku yang bagus lainnya” Lelaki itu berharap perempuan itu setuju akan pilihannya, tetapi dewi fortuna sepertinya belum tertuju kepadanya, lelaki tersebut tampak kecewa. Perempuan itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “aku cari satu saja, karena aku hari ini tidak membawa uang banyak, dan sepertinya jam 11 malam toko ini akan tutup, aku butuh waktu berjam-jam untuk mencari buku, bukan karena aku tidak tahu buku apa yang ingin aku cari tetapi aku suka melihat buku yang berderetan di rak, aku ga bosan melihatnya.” Lelaki itu tampak terkejut dengan yang diutarakan oleh perempuan cantik itu. “Perempuan ini jujur” gumam lelaki tersebut dan dia tampak penasaran dengan perempuan ini.
            “Kamu ada acara hari ini? Aku liaht dari pakaianmu sepertinya kamu baru pulang pesta mungkin” perempuan itu tertawa, “iya aku habis datang dari pesta yang tidak aku sukai” gumam perempuan itu tetapi perempuan itu cuma mengatakan “ iya pesta ulang tahun SMA ku di The Stones, aku lebih baik pulang cepat karena aku tidak suka dengan tempat seperti itu. Lelaki itu lagi tidak percaya dengan apa yang dikatakan perempuan itu dan membuat lelaki ini tambah penasaran dengan perempuan ini. Dengan seluruh keberaniannya lelaki itu bilang “Kamu teman adikku Tita ya? Atau kakak kelas mungkin”, perempuan itu menoleh dan berkata “Iya aku teman Tita, tapi beda kelas, kamu kakaknya ya?”, lelaki itu mengangguk dan berkata, “apa kamu ga keberatan untuk mengobrol denganku, aku traktir teh atau kopi di cafe ini dan kue, kamu bisa pilih apa saja, karena semua nya enak-enak” perempuan itu tampak berpikir dengan ajakan lelaki itu, dan mengangguk dengan antusias. Tetapi ketika melihat keramaian di cafe tersebut terlihat keengganan di wajah perempuan itu. Melihat hal tersebut lelaki itu memberi tahu kalau mereka akan minum di dalam toko buku di kursi dan meja yang disediakan toko buku bagi pungunjung toko buku yang lelah dan orang-orang yang menemani pasangannya mencari buku. Lelaki dan perempuan itu terlibat obrolan yang seru dan panjang sehingga mereka lupa waktu, ini merupakan awal kisah dari lelaki dan perempuan itu.

Kisah Cinta dari Laci Meja

Jumat, 30 Maret 2012

PENGUMUMAN
Diumumkan kepada seluruh siswa-siswi kelas XII IPA, IPS, dan Bahasa, dikarenakan adanya rehab bangunan kelas X, untuk kelas pengayaan siang persiapan UN tidak di laksanakan di ruang khusus pengayaan melainkan di ruang kelas XI IPA, IPS, dan Bahasa, karena kelas khusus pengayaan akan digunakan siswa kelas X untuk keperluan belajar-mengajar sementara. Untuk daftar kelas yang akan digunakan bisa di baca di tabel di bawah. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.


Kepala Sekolah

“Menurutku pengumuman itu biasa-biasa saja, tidak ada yang menarik, kenapa yang lain heboh?” Sambil melihat samping kiri-kanan ku aku geleng-geleng kepala melihat reaksi kebanyakan teman-temanku. “Kakak kelas kita bakal pakai kelas kita Mila! walaupun untuk sementara” terdengar nada antusias dari ucapan Karina. Aku menjawab dengan nada datar “Lalu kenapa?”.
    “Isssshhhh... Gamila kamu ga ngerti sama sekali yah? Itu artinya kakak kelas bakal nyamperin kelas kita, dan duduk selama 3 jam untuk pengayaan.”
    “Wait.. mereka kan pakai kelas kita setelah kelas kita selesai, bukannya kita sudah di rumah leyeh-leyeh dan mereka baru mulai pengayaan bukan?”
    “Iya sih... tapi kan aura mereka yang , aaaahhhhh......” Karin mendesah sambil terkagum-kagum.
    “I see, aura kak Gamal yang aaaahhhh..” sambil meniru nada Karin dan mengejeknya. Aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Karin, bukannya kemarin dia bilang mengidolakan kak Ferdi, sekarang dia kagum dengan kak Gamal. Dasar, ABG ababil.
    “Mulai kapan kelas kita dipakai untuk pengayaan?” sambil mematut wajahnya di cermin compact bergambar kelinci yang selalu di bawa di tasnya Karin menjawab “Mulai hari ini Mila, dan kamu tau kan kelas XII itu selalu pulangnya lebih dulu dari kelas X dan XII, pasti mereka bakal menunggu di depan kelas kita deh.”
    “Oh ya? Kelas kita bakal dipakai sama kelas apa?”
    “Kelas XII IPA 1 Mila!!!!” Karin kembali menawab dengan antusias, aaah aku tahu apa kelanjutannya, pasti dia akan menyebutkan siapa kakak kelas yang ganteng dan terpopuler di SMA 1 Denpasar dari kelas tersebut. Aku merespon cepat sebelum Karin nyeroscos, “OK sudah jelas!” dengan cepat aku mengambil agenda ungu bercorak kulit buaya mengkilat kesayanganku, dan mengisinya. Kemarin malam aku lupa untuk mengisi agenda untuk kegiatan selama seminggu ini, aku tidak mau hari ku berantakan karena tidak sesuai dengan jadwal harian yang kubuat. Konsentrasi ku terpecah karena mendengar suara Karin yang mengoceh tentang cowok populer di sekolah, “Hari Rabu aku mesti ngapain ya? Kenapa aku bisa lupa” Sambil berpikir dan mendengarkan cerita Karin, aku cuma mengingat supermaket, “Apa yang mau aku lakukan dengan Supermarket???” Karin sekarang berceloteh tentang Nico IPA 1, “Siapa itu Nico IPA 1, kenapa dia diberi nama IPA 1??, aku harus ngapain hari rabu di supermarket??” aku mulai bingung dan malah menulis Grocery shopping with Nico IPA 1. “Iya aku haru belanja mingguan hari rabu, kenapa bisa bingung gini sih?” aku memegang agenda ku dan melhat kata-kata yang aku tulis di kolom hari rabu, “aaaargh.. Karin karena kamu nyeroscos terus aku salah tulis ni..”, Karin hanya senyum sambil memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.
    Ketika aku ingin memperbaiki kata-kata yang aku tulis di agenda ku, tiba-tiba Miss Putri guru bahasa Inggris ku datang  dan aku cepat-cepat memasukkan agenda ku di laci bangku kelas ku. Hari ini dimulai dengan pelajaran yang aku sukai Bahasa Inggris, semoga hari ini tidak terlalu buruk. Aku sealu me mainset pikiran ku agar #CeritahHariIni tiap hari tidak berakhir buruk dan tidak sesuai keinginan.
***
    #CeritaHariIni Aku cukup lelah, walaupun ini baru jam 12.30 tapi aku berkesimpulan hari ini aku lelah. Bagaimana tidak, hari ini ada 3 mata pelajaran yang perlu praktikum di laboratorium. Belum lagi jam 14.00 aku harus ke toko buku sekaligus cafe milik almarhum ibuku, karena hari ini jadwal ku mengawasi kegiatan pegawai disana. Aku ingin menghubungi kakakku Andre untuk menggantikanku tapi aku tahu hari Senin jadwal kuliahnya pasti padat dan setiap Senin dia pulang di atas jam 7 malam. Aku tidak ingin merepotkan kakakku. Ingin minta tolong adikku Anton hari ini dia ada latihan basket untuk pertandingan persahabatan antar SMP.
    Buru-buru aku membereskan buku-buku dan alat tulisku karena sebentar lagi kelas ku akan dipakai oleh kakak kelas XII IPA 1, tapi ketka aku melihat sekelilingku kenapa semua masih adem ayem di kelas, bukannya sekarang sudah jam pulang?. Aku melihat Karin yang mengobrol dengan Deri yang duduk di bangku belakang kami, “Kok ga pulang? Temen-temen cowok aja udah pada keluar kelas, kok kalian semua masih disini?” Sambil malu-malu Karin cuma bilang “Kita nunggu sampai Kakak kelas di depan kelas kita, baru deh kita buru-buru pulang.” Ekspresiku tidak bisa terbaca mungkin oleh mereka, antara bengong dan heran aku cuma mengatakan, “Hah??.” Menunggu kakak kelas sampai di depan kelas baru pulang merupakan hal konyol yang aku dengar dari Karin dan teman-teman yang lain. Bukannya Karin selalu berbalap-balap ria dengan teman yang lain supaya bisa pulang duluan. Ni kenapa kok tumben-tumbennya seorang Karin bisa duduk ayem selama 15 menit setelah bel pulang. Aku cuma geleng-geleng kepala dan dengan tenang aku melangkahkan kaki keluar dan melihat rombongan kakak kelas XII IPA 1 yang akan menuju kelasku.
***
    Hari ini BookLand tidak terlalu ramai, mungkin masih hari Senin. Kakak dan adikku pasti akan menghindar untuk menjaga Cafe sekaligus toko buku ini ketika hari Sabtu dan Minggu, bukan karena mereka memiliki jadwal Date dengan gebetan mereka, itu dikarenakan Sabtu dan Minggu merupakan hari BookLand penuh dengan pengunjung, dan mereka pasti kelimpungan dengan pembukuan keuangan, dan yang menjadi korban pasti Ayah dan Bibi. Kadang aku kasian dengan mereka dan aku pasti mengalah untuk menjaga BookLand di hari Sabtu dan Minggu.
    BBM dari kakakku mengagetkanku, “Hari Kamis tolong jaga BookLand, aku ga bisa, tukar hari Sabtu yah.. sekalian aku mau traktir temen kelompokku di cafe.” Kalau ga dibarengi sama hangout bareng teman, kakakku pasti ogah jaga hari Sabtu, tapi ya sudah lah, Kamis juga kayanya aku tidak begitu sibuk sekali. Aku cuma membalas singkat “OK”. Saatnya mengubah jadwal agenda ku hari kamis ini.
    Ketika aku mencari agenda kesayanganku, aku mulai panik, kenapa agenda ku tidak ada? Biasanya aku menaruhnya di tas. Aku berpikir keras sampai aku merasakan kedutan di kepalaku seperti Jimmy Neutron ketika dia berpikir keras. “Kapan terakhir aku tulis agenda? Kenapa aku bisa ceroboh sekali sih?” Aku mengeluarkan isi tas ku dan mengeluarkan semuanya. Aku mengingat sekali lagi dimana aku membaca agenda ku dan aku mengingatnya, terakhir kali aku membaca agenda ketika Miss Putri tiba-tiba masuk kelas dan memulai pelajaran. “Oh God! Aku tinggalkan di laci bangku sekolah!” Geramku walaupun dalam hati, semoga agenda ku aman disana dan tidak hilang. Aku tidak ingin kehilangan buku agendaku, karena buku agendaku merupakan kenangan terakhir yang diberikan almarhum ibuku. Ibuku memberikan agenda ini karena melihatku selalu lupa mengerjakan sesuatu.
***
    Aku berlari di koridor menuju kelasku, walaupun ini masih Jam 6 pagi dan sekolah masih terlihat kosong. Dengan nafas masih terengah-engah aku melihat laci bangku sekolahku, dan melihat agenda ku masih utuh disana. Aku menarik nafas lega, ternyata kakak kelas tidak memperhatikan laci bangku sekolah. Aku mencium agenda ku dan memeluknya. Au mengakhiri aksi norakku ini ketika Jimmy masuk kelas dan memanggilku, “Gamila tumben datang pagi banget” Aku menolehnya dan menatapnya bingung, “kamu juga Jim, kenapa kamu datang pagi banget” Jimmy duduk di bangkunya dan mengeluarkan roti dan 1 botol jus jeruk merek kesukaanku. “Rumahku kan jauh banget Gamila, jadi aku harus dateng pagi-pagi biar ga telat, kamu mau roti Mil?” Aku menatap roti yang diawarkan Jimmy, dan aku ingat aku belum sarapan pagi ini, karena kau terburu-buru. Aku menggeleng dan mengucapkan terima kasih.
    Aku membuka agendaku, dan menuju hari Kamis untuk melihat jadwalku dan mengubah jadwalnya. Ketika tatapanku tertuju dengan tulisan aneh di kolom hari Rabu, “Grocery shopping, oke jam berapa?, aku tunggu di depan kelasmu Rabu aku ga ada pengayaan. Nico IPA 1” Aku kaget membaca ini semua, kenapa bisa? Aku melhat tanda panah yang di tulis disitu. “OMG Aku belum mengubah tulisan yang salah di hari Rabu” Tapi kenapa bisa, apa ada kakak kelas yang iseng menuliskannya, atau ini benar Nico IPA 1 yang menuliskannya. Aku membalikan halaman berikutnya dan aku melihat tulisan-tulisan aneh di kolom  hari-hari berikutnya, “hari Jum’at Dating dengan Nico IPA 1, hari Sabtu Jaga BookLand bareng Nico IPA 1, Senin belajar bareng Nico IPA 1” Siapa yang berani menulis ini semua di agenda ku? Antara bingung dan marah aku bertanya dengan Jimmy, “Jim, kamu tau ga kakak kelas siapa yang duduk di bangku ini?” Jimmy menggeleng sambil meminum jus jeruknya.
***
    Aku tidak tahu harus bagaimana, perasaanku campur aduk antara penasaran dan marah dengan orang yang menulis seenaknya di agendaku ini. Apakah ini serius atau cuma akal-akalan kakak kelas yang ingin mengerjai adik kelas. Aku tidak berani menceritakan ini semua dengan Karin bisa-bisa ini menyebar satu sekolah, dan aku bisa malu dibuatnya. Sepertinya aku harus berani bertemu Nico IPA 1 tersebut, “Kalau bukan dia pelakunya bagaimana? Kan aku bisa malu banget menuduh orang tanpa bukti yang jelas” Tapi aku harus berani bertanya dengannya kalau ingin semua ini jelas. Tanpa pikir panajang aku bertanya dengan Karin, “Yang namanya Nico IPA 1 itu yang mana sih Rin?” Karin terlihat heran dengan pertanyaan yang aku berikan kepadanya, dan tiba-tiba Karin menarikku dan menuju lapangan basket.
    Aku bingung dengan yang dilakukan Karin kepadaku, apa hubungannya Lapangan Basket dengan Nico IPA 1, Aku melihat sekumpulan kakak kelas XII yang sedang mengobrol sambil tertawa. Mataku tertuju dengan sosok laki-laki berkacamata berkulit putih yang seharusnya dimiliki oleh perempuan sepertiku, dan tingginya sekitar 178 cm dari postur tubuhnya sepertinya dia atlet basket. Aku tidak memperhatikan wajahnya karena perhatianku tertuju ke buku yang dia pegang karena aku melihat buku itu masih tersegel plastik dan ada stiker BookLand. Aku yakin dia beli di toko bukuku.
    “Kak Nico ini yang namanya Gamila kak” Aku bingung menatap Karin. “Karin cuma berkata, tadi kak Nico nyariin kamu lho Mila, katanya kalau aku ketemu kamu kak Nico minta tolong mau ketemu kamu” Aku cuma melongo mendengar ucapan Karin. Bagaimana penampilanku sekarang? Apakah buruk? Aku lupa mencium aroma mulutku, semoga Nico tidak pingsan menciumnya. Dan tiba-tiba orang yang bernama Nico itu berdiri dan menghampiri ku. “Hai Gamila, besok jadikan Grocery Shoppingnya?” Rasanya diriku ingin terbang dan tidak ingin turun ke bumi lagi mendengar suara itu. Apakah ini mimpi? Atau cuma khayalan ku saja?, aku mencubit kulit lenganku dan aku merasakan sakit, tetapi aku bahagia. Ternyata laci bangku sekolah bisa menjadi tempat romantis untuk memulai suatu hubungan.

Senyum Tulus dari Vira

Rabu, 21 Maret 2012


#CeritaHariIni, “GA ADA!!!.” Tidak ada yang special di hidupku.
            Oke aku terlalu emosi mungkin, tetapi ini kenyataannya, hari ini bukan hari special, hari ini hari yang biasa-biasa saja. Sebetulnya aku terlalu pagi menyebutkan hari ini tidak ada yang special, karena ini baru jam 6 pagi. Tetapi aku terlalu pesimis untuk menebak hari ini akan berakhir bagaimana. Gadis remaja SMA kelas 2 IPA berusia 16 tahun yang bernama Kartika Virginia yang mempunya masalah dengan kepercayaan diri dengan wajah dan kawat gigi. Oke, aku seperti Ugly Betty versi lebih buruk lagi. Dalam serial tersebut walaupun dengan dandanan jelek America Ferrera yang memerankan Betty tetap terlihat sangat cantik walaupun dengan dandanan geeks ala Betty.
            Hari Senin, aku harus ada di sekolah jam 6 pagi. Menurut semua orang mungkin terlalu pagi bagi anak SMA yang lain, tetapi menurutku ini terlalu siang. Aku harus tiba-tiba di kelas sebelum dilihat anak-anak lainnya. Aku terlalu malu untuk memamerkan diriku ini kepada seantero SMA Negeri 01 Denpasar ini. Kabar baik hari ini, cuma Upacara Bendera hari ini dibatalkan karena hampir setengah dari jumlah guru disini sedang mengikuti Training tentang metode belajar yang baru, apakah itu namanya, terlalu sering metode diganti sehingga aku murid yang selalu dibilang anak emas guru-guru tidak peduli, yang penting belajar sebaik-baiknya sehingga tidak lupa apapun. Ini bukan kabar baik untukku, seandainya lebih dari setengah guru tidak ada disekolah, berarti banyak jam kosong, yang berarti banyak siswa keluar kelas nongkrong di kantin dan silaturahmi ke kelas lainnya. Pilihan pertama tidak masalah menurutku, terserah deh mereka mau nongkrong di kantin, mau makan sampai mampus, atau mau membakar kantin aku ga peduli, karena selama aku sekolah disini bisa dihitung dengan jari berapa kali aku ke kantin, sehingga banyak petugas kantin menganggap ku murid baru ataupun siswa miskin yang tidak punya uang. Terima kasih atas anggapan mereka, supaya mereka tahu saja sebenarnya aku lebih senang membawa bekal yang sehat dari rumah daripada belanja di kantin yang makanannya itu-itu saja selama aku bersekolah disini.
            Yang menjadi masalahku adalah pilihan yang ke-2, aku terlalu malu untuk dilihat atau diperhatikan orang lain. Terlalu banyak yang aku pikirkan jika ada seseorang yang melihatku. Aku selalu berkhayal yang aneh-aneh, terutama pikiran negatif. Jika ada seorang yang memperhatikan ku lebih dari 1 menit pasti aku akan memikirkan hal negatif yang dipikirkan orang itu. Aku tahu itu tidak baik, tetapi rasa penasaran dan pikiran negatif ini selalu menghatui ku. Seperti hari ini Daniel teman sekelasku yang memperhatikan ku dan berbisik kepada temannya, Oh!, crap, pasti ada yang salah denganku. Apa di kawat gigiku terselip sisa makanan, atau gigiku tampak lebih maju. Aku tidak mau diejek Tonggos lagi seperti sewatu SMP, sungguh menyedihkan nasibku. Secepat kilat aku mengambil cermin yang selalu di bawa Tita di kolong meja untuk melihat apa ada yang salah pada kawat gigi, wajah, dan penampilanku. Menurutku tidak ada yang salah, mungkin lebih baik aku bertanya kepada sahabat sekaligus teman sebangku-ku Titania, biasanya penglihatan orang lain lebih jeli dari pada diri sendiri, mengingat peribahasa “semut di ujung pulau bisa di lihat, gajah di pelupuk mata tidak bisa dilihat”.
            “Tita, ada yang salah ga dari penampilanku hari ini?” Tita melihat ku dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu geleng-geleng kepala, tuh kan! Pasti ada yang aneh. “Seperti biasa Vir, kurang senyum tulus aja.” Tita selalu memanggil aku Vira, asal kata dari nama terkahir ku Virginia, kalau Kartika nama itu terlalu pasaran, dikelas saja sudah ada 2 yang namanya Kartika belum termasuk aku. Aku bengong dengan jawaban Tita tadi. What? Are you kidding me?! Tapi aku ga bisa teriak itu di depan wajah Tita, aku cuma bisa manyun saja. Senyum?? Sepertinya aku selalu senyum deh setiap hari. “Apa maksudnya, kurang senyum tulus?”
            “Please deh Vir, setiap kamu senyum itu kayanya ga ikhlas, seperti dipaksa atau terkesan manyun gitu” Apa pula maksud Tita ini, membuat aku tambah pusing saja. Aku kembali mengambil cermin milik Tita dan mencoba senyum tanpa melihatkan kawat gigi seperti biasa yang aku lakukan. “Tuh kan lihat senyum kamu di cermin, kaya orang dipaksa gitu, coba deh senyum lalu buka bibir sampai gigimu terlihat, pasti tambah cantik.” Tita membuat aku kaget setengah mampus, senyum sambil memperlihatkan kawat gigiku? NO WAY!. “Coba kamu senyum untuk orang yang kamu Sayang Vir, biasanya manjur.” Lalu aku senyum untuk Tita, dia hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat kelakuanku. Aku menaruh cermin itu kembali di tempat sebelumnya ketika Ketua Kelas kami memberikan pengumuman bahwa tidak ada guru yang mengajar seluruh kelas 2 IPA dan IPS sampai jam terakhir yang disambut dengan terikan temna-teman yang lain, selanjutnya aku  mendengar teriakan di kelas sebelah. Mimpi burukku baru dimulai.
***
            Seperti dugaan ku, banyak teman-teman kelas lain yang silaturahmi ke kelas ku. Aku heran kenapa banyak siswa kelas lain tertarik ke kelas ku, ada apa di kelas ku. Diriku baru menyadari kenapa, banyak anggota tim basket dan cheers di kelasku, sejenak aku berpikir untuk pindah kelas ke kelas yang tidak ada murid populernya, aku seperti bunga liar di antara bunga mawar kualitas tinggi yang siap-siap untuk di basmi karena mengurangi keindahan bunga-bunga mawar tersebut. Tiba-tiba Daniel yang dari tadi melihatku menepuk bahu ku, “Vir aku mau tanya sesuatu dong.” Ya ampun pasti sesuatu yang tadi diperhatikan Daniel dari tadi. Aku tersenyum dan bertanya, “Apa Dan?”, aku melihat Daniel yang terlihat malu dan salah tingkah mungkin? Lalu dia berkata, “Aku rencana mau pakai kawat gigi untuk gigi bawahku, kamu tau kan gigi bawahku berantakan, cuma aku bingung cari Dentist yang cocok, terus temen-temen ngasi saran untuk tanya ke kamu, karena temen-temen bilang kawat gigi mu bagus dan rapi jadi tidak terlihat seperti yah.. you know lah”. Aku kaget dengan ucapan Daniel barusan, secara tidak langsung dia bilang kawat gigiku cantik. Wajahku langsung memerah hasil di puji, Daniel yang dari tadi menunggu jawabanku malah bingung dengan tingkahku. Sebelum Daniel tambah heran dengan kelakuanku, aku langsung menjawab “Besok aku bawa kartu nama Dentist langgananku, harganya bersahabat kok dengan anak-anak SMA kaya kita”. Daniel tampak senang dengan jawabanku, “Serius Vir, thank you yah informasinya, dari tadi aku liatin kamu karena mau tanya hal ini, hehehe.”
            Aku masih melongo dengan jawaban Daniel tadi. Jadi, Daniel dari tadi ngeliatin aku cuma mau tanya masalah Dentist? Sepertinya aku harus berubah untuk jangan selalu berpikiran negatif, belum tentu orang yang melihat dan memperhatikan kita memikirkan hal-hal jelek, siapa tahu hal-hal baik dan positif, seperti yang dilakukan Daniel tadi.
            Aku mentertawai diriku dalam hati, kenapa aku baru sadar sekarang, karena pikiran negatif ku, aku selalu berhati-hati dengan orang lain selain sahabatku, sehingga aku jarang tersenyum tulus. Senyumku terkesan dipaksakan atau lebih tepatnya senyumku terlihat seperti orang ketakutan. Benar kata Tita tadi aku harus belajar untuk senyum ke orang lain. Kalau kita ingin orang tersenyum dengan kita, kita harus memulai tersenyum dulu kan.
***
            Tepat jam 10.00 am, istirahat pertama, kebanyakan teman sekelasku diam di kelas mungkin karena mereka sudah ke kantin ketika jam kosong. Aku tidak mempedulikan itu, sekarang waktunya aku makan camilan. Ini kebiasaan ku, mungkin ini agak silly buat para remaja. Aku orang yang perfeksionis masalah gizi dan makanan, aku berusaha mengontrol makanan yang masuk ke dalam tubuhku. Sarapan 6.00 am, Snack Siang 10.00 am, Makan Siang 12.00 pm, Snack Sore 4.00 pm, Makan Malam sebelum jam 7.00 pm. Sesibuk apapun diriku, aku harus mengikuti jadwal makan yang aku buat dan menyiapkan sendiri makanannya. Di luar sana sudah banyak makanan yang tidak sehat dan dari bahan-bahan berbahaya, dari pada aku mengambil resiko aku jatuh sakit dan mati muda, lebih baik aku repot sendiri. Tetapi banyak yang suka dengan masakan sehatku seperti orang tua ku dan kedua kakakku. Tita juga fans berat makanan yang ku buat, kadang kalau dia bosan dengan makanan di kantin, Tita akan menelponku untuk membuat bekal lebih. Aku tidak merasa repot sama sekali, aku malah senang karena ada yang menghargai karyaku.
            Hari ini aku membawa nasi goreng bakso udang dan jamur, pangsit udang untuk snack, dan aku selalu bawa buah potong + pudding dengan saus vla untuk dessert. Mungkin terdengar berlebihan tetapi aku selalu menyiapkan semua pada malam hari dan pagi hari aku tinggal menghangatkannya. Aku berusaha menggunakan manajemen waktuku  dengan baik. Sebenarnya ingin aku menawarkan teman-teman ku bekal yang aku buat, tetapi aku merasa segan dengan mereka, terkesan mereka tidak peduli dengan apa yang aku lakukan. Aku tidak mau berpikir negatif lagi mungkin mereka ingin aku yang menawarkan lebih dulu, besok aku ingin membuat Gyoza sebanyak-banyaknya untuk aku bagikan kepada teman-temanku satu kelas. Aku tidak sabar untuk membuatnya. Tiba-tiba Tita datang dari Kantin dengan sekantong gorengan dan es teh dalam wadah plastik, aku langsung mengemukakan ideku dengan senyum yang lebar, “besok aku mau buat Gyoza untuk temen-temen sekelas.” Tita langsung sumringah dan tersenyum lebar, “yang bener? Dalam rangka apa? Bukannya ultahmu udah lewat ya?” Aku tersenyum lebih lebar lagi, “ga merayakan apa-apa kok Tita, cuma pingin buat sesuatu aja buat temen-temen semua.” Tampaknya Tita masih belum percaya, lalu aku bilang, “lihat aja besok hasil karya ku, pasti enak.” Tita cuma manggut-manggut dengan tatapan masih tidak percaya. Aku cuma tertawa melihat ekspresinya.
            Aku memakan pangsit udangku dan gorengan dengan Tita sambil ngobrol masalah kakak kelas mana yang cocok menjadi kepala sekolah, aku tahu ini obrolan yang aneh, tetapi ini merupakan hal yang lucu untuk dibahas. Aku tidak tahu ini buruk atau tidak tiba-tiba salah satu senior yang katanya memiliki predikat 5 hot guy in school ini datang ke kelas ini, syukur kami berdua belum membahas Edwin. Apa jadinya ketika kita membicarakan Edwin menjadi guru BP di sekolah, lalu Edwin berdiri di depan kita. Aku tidak bisa membayangkannya bisa di MOS 2 kali diriku ini,  Tuhan masih memihakku. Aku melihat rombongan Edwin datang kekelasku untuk setelah bermain basket 3 on 3, kenapa coba dia kemari, main ke ruang kelas junior. Aku baru ingat kalau kelas ku ini hampir ¾ jumlah laki-laki di kelas ini tim basket sekolah, dan hampir ¾ jumlah perempuan di kelas ini anggota cheers termasuk Tita, mungkin dia kemari mencari anggota team basketnya atau pacarnya yang ana cheers. Sudah sesuatu kewajiban dimana anak basket ya pacarannya sama anak  Cheers, memang tidak ada aturan tertulis, tetapi kebanyakanlah seperti itu.
            Seketika Edwin melihatku yang menatapnya dengan tatapan yang bisa aku kategorikan seperti tatapan yang melihat “kenapa seorang Nicholas Saputra bisa ada di dalam toko mainan anak-anak.” Tiba-tiba saja aku ingin mempraktekan senyum tulusku untuk pertama kali untuk Edwin, dan kuberikan senyum ku kepadanya yang langsung dibalas Edwin untukku. Oke praktek pertama kali tidak buruk lah. Secara seorang prince charming sekolah mau membalas senyumku. Mulai detik ini aku akan mulai senyum tulus ke semua orang.
            Edwin yang tadi mengobrol dengan Aldo, Vincent, Andre dan teman-teman basket di kelasku tiba-tiba berdiri tersenyum di depanku dan berkenalan dengan ku, aku masih kaget dengan ini, aku membiarkan tangan Edwin menggantung cukup lama menunggu jabat tangaku, aku tetap diam menatap pangsit udangku yang cuma sisa 3. Lalu Edwin berdehem yang menyebabkan aku tersadar dari lamunanku, dengan cepat kilat aku menjabat tangannya dan menyebut namaku. Edwin melihat pangsit udangku dan berkata, “aku boleh coba ini ga?” sambil menunjuk ke pangsit udangku, ”dari tadi aku perhatiin kamu makan, kayanya enak banget, jadi pingin coba.” Aku senyum lebar ketika dia mengatakan itu, dengan lahapnya Edwin memakan sisa pangsit udangku dan mengatakan ingin mencoba lagi. Rasanya aku ingin senyum sepanjang hari dan terbang mengelilingi sekolah ketika dia mengatakan itu. Cerita hari ini ternyata tidak terlalu buruk, cerita hari ini adalah awal seorang Kartika Virginia yang baru. Cerita selanjutnya pasti akan lebih baik.