PENGUMUMAN
Diumumkan kepada seluruh siswa-siswi kelas XII IPA, IPS, dan Bahasa, dikarenakan adanya rehab bangunan kelas X, untuk kelas pengayaan siang persiapan UN tidak di laksanakan di ruang khusus pengayaan melainkan di ruang kelas XI IPA, IPS, dan Bahasa, karena kelas khusus pengayaan akan digunakan siswa kelas X untuk keperluan belajar-mengajar sementara. Untuk daftar kelas yang akan digunakan bisa di baca di tabel di bawah. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Kepala Sekolah
“Menurutku pengumuman itu biasa-biasa saja, tidak ada yang menarik, kenapa yang lain heboh?” Sambil melihat samping kiri-kanan ku aku geleng-geleng kepala melihat reaksi kebanyakan teman-temanku. “Kakak kelas kita bakal pakai kelas kita Mila! walaupun untuk sementara” terdengar nada antusias dari ucapan Karina. Aku menjawab dengan nada datar “Lalu kenapa?”.
“Isssshhhh... Gamila kamu ga ngerti sama sekali yah? Itu artinya kakak kelas bakal nyamperin kelas kita, dan duduk selama 3 jam untuk pengayaan.”
“Wait.. mereka kan pakai kelas kita setelah kelas kita selesai, bukannya kita sudah di rumah leyeh-leyeh dan mereka baru mulai pengayaan bukan?”
“Iya sih... tapi kan aura mereka yang , aaaahhhhh......” Karin mendesah sambil terkagum-kagum.
“I see, aura kak Gamal yang aaaahhhh..” sambil meniru nada Karin dan mengejeknya. Aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Karin, bukannya kemarin dia bilang mengidolakan kak Ferdi, sekarang dia kagum dengan kak Gamal. Dasar, ABG ababil.
“Mulai kapan kelas kita dipakai untuk pengayaan?” sambil mematut wajahnya di cermin compact bergambar kelinci yang selalu di bawa di tasnya Karin menjawab “Mulai hari ini Mila, dan kamu tau kan kelas XII itu selalu pulangnya lebih dulu dari kelas X dan XII, pasti mereka bakal menunggu di depan kelas kita deh.”
“Oh ya? Kelas kita bakal dipakai sama kelas apa?”
“Kelas XII IPA 1 Mila!!!!” Karin kembali menawab dengan antusias, aaah aku tahu apa kelanjutannya, pasti dia akan menyebutkan siapa kakak kelas yang ganteng dan terpopuler di SMA 1 Denpasar dari kelas tersebut. Aku merespon cepat sebelum Karin nyeroscos, “OK sudah jelas!” dengan cepat aku mengambil agenda ungu bercorak kulit buaya mengkilat kesayanganku, dan mengisinya. Kemarin malam aku lupa untuk mengisi agenda untuk kegiatan selama seminggu ini, aku tidak mau hari ku berantakan karena tidak sesuai dengan jadwal harian yang kubuat. Konsentrasi ku terpecah karena mendengar suara Karin yang mengoceh tentang cowok populer di sekolah, “Hari Rabu aku mesti ngapain ya? Kenapa aku bisa lupa” Sambil berpikir dan mendengarkan cerita Karin, aku cuma mengingat supermaket, “Apa yang mau aku lakukan dengan Supermarket???” Karin sekarang berceloteh tentang Nico IPA 1, “Siapa itu Nico IPA 1, kenapa dia diberi nama IPA 1??, aku harus ngapain hari rabu di supermarket??” aku mulai bingung dan malah menulis Grocery shopping with Nico IPA 1. “Iya aku haru belanja mingguan hari rabu, kenapa bisa bingung gini sih?” aku memegang agenda ku dan melhat kata-kata yang aku tulis di kolom hari rabu, “aaaargh.. Karin karena kamu nyeroscos terus aku salah tulis ni..”, Karin hanya senyum sambil memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.
Ketika aku ingin memperbaiki kata-kata yang aku tulis di agenda ku, tiba-tiba Miss Putri guru bahasa Inggris ku datang dan aku cepat-cepat memasukkan agenda ku di laci bangku kelas ku. Hari ini dimulai dengan pelajaran yang aku sukai Bahasa Inggris, semoga hari ini tidak terlalu buruk. Aku sealu me mainset pikiran ku agar #CeritahHariIni tiap hari tidak berakhir buruk dan tidak sesuai keinginan.
***
#CeritaHariIni Aku cukup lelah, walaupun ini baru jam 12.30 tapi aku berkesimpulan hari ini aku lelah. Bagaimana tidak, hari ini ada 3 mata pelajaran yang perlu praktikum di laboratorium. Belum lagi jam 14.00 aku harus ke toko buku sekaligus cafe milik almarhum ibuku, karena hari ini jadwal ku mengawasi kegiatan pegawai disana. Aku ingin menghubungi kakakku Andre untuk menggantikanku tapi aku tahu hari Senin jadwal kuliahnya pasti padat dan setiap Senin dia pulang di atas jam 7 malam. Aku tidak ingin merepotkan kakakku. Ingin minta tolong adikku Anton hari ini dia ada latihan basket untuk pertandingan persahabatan antar SMP.
Buru-buru aku membereskan buku-buku dan alat tulisku karena sebentar lagi kelas ku akan dipakai oleh kakak kelas XII IPA 1, tapi ketka aku melihat sekelilingku kenapa semua masih adem ayem di kelas, bukannya sekarang sudah jam pulang?. Aku melihat Karin yang mengobrol dengan Deri yang duduk di bangku belakang kami, “Kok ga pulang? Temen-temen cowok aja udah pada keluar kelas, kok kalian semua masih disini?” Sambil malu-malu Karin cuma bilang “Kita nunggu sampai Kakak kelas di depan kelas kita, baru deh kita buru-buru pulang.” Ekspresiku tidak bisa terbaca mungkin oleh mereka, antara bengong dan heran aku cuma mengatakan, “Hah??.” Menunggu kakak kelas sampai di depan kelas baru pulang merupakan hal konyol yang aku dengar dari Karin dan teman-teman yang lain. Bukannya Karin selalu berbalap-balap ria dengan teman yang lain supaya bisa pulang duluan. Ni kenapa kok tumben-tumbennya seorang Karin bisa duduk ayem selama 15 menit setelah bel pulang. Aku cuma geleng-geleng kepala dan dengan tenang aku melangkahkan kaki keluar dan melihat rombongan kakak kelas XII IPA 1 yang akan menuju kelasku.
***
Hari ini BookLand tidak terlalu ramai, mungkin masih hari Senin. Kakak dan adikku pasti akan menghindar untuk menjaga Cafe sekaligus toko buku ini ketika hari Sabtu dan Minggu, bukan karena mereka memiliki jadwal Date dengan gebetan mereka, itu dikarenakan Sabtu dan Minggu merupakan hari BookLand penuh dengan pengunjung, dan mereka pasti kelimpungan dengan pembukuan keuangan, dan yang menjadi korban pasti Ayah dan Bibi. Kadang aku kasian dengan mereka dan aku pasti mengalah untuk menjaga BookLand di hari Sabtu dan Minggu.
BBM dari kakakku mengagetkanku, “Hari Kamis tolong jaga BookLand, aku ga bisa, tukar hari Sabtu yah.. sekalian aku mau traktir temen kelompokku di cafe.” Kalau ga dibarengi sama hangout bareng teman, kakakku pasti ogah jaga hari Sabtu, tapi ya sudah lah, Kamis juga kayanya aku tidak begitu sibuk sekali. Aku cuma membalas singkat “OK”. Saatnya mengubah jadwal agenda ku hari kamis ini.
Ketika aku mencari agenda kesayanganku, aku mulai panik, kenapa agenda ku tidak ada? Biasanya aku menaruhnya di tas. Aku berpikir keras sampai aku merasakan kedutan di kepalaku seperti Jimmy Neutron ketika dia berpikir keras. “Kapan terakhir aku tulis agenda? Kenapa aku bisa ceroboh sekali sih?” Aku mengeluarkan isi tas ku dan mengeluarkan semuanya. Aku mengingat sekali lagi dimana aku membaca agenda ku dan aku mengingatnya, terakhir kali aku membaca agenda ketika Miss Putri tiba-tiba masuk kelas dan memulai pelajaran. “Oh God! Aku tinggalkan di laci bangku sekolah!” Geramku walaupun dalam hati, semoga agenda ku aman disana dan tidak hilang. Aku tidak ingin kehilangan buku agendaku, karena buku agendaku merupakan kenangan terakhir yang diberikan almarhum ibuku. Ibuku memberikan agenda ini karena melihatku selalu lupa mengerjakan sesuatu.
***
Aku berlari di koridor menuju kelasku, walaupun ini masih Jam 6 pagi dan sekolah masih terlihat kosong. Dengan nafas masih terengah-engah aku melihat laci bangku sekolahku, dan melihat agenda ku masih utuh disana. Aku menarik nafas lega, ternyata kakak kelas tidak memperhatikan laci bangku sekolah. Aku mencium agenda ku dan memeluknya. Au mengakhiri aksi norakku ini ketika Jimmy masuk kelas dan memanggilku, “Gamila tumben datang pagi banget” Aku menolehnya dan menatapnya bingung, “kamu juga Jim, kenapa kamu datang pagi banget” Jimmy duduk di bangkunya dan mengeluarkan roti dan 1 botol jus jeruk merek kesukaanku. “Rumahku kan jauh banget Gamila, jadi aku harus dateng pagi-pagi biar ga telat, kamu mau roti Mil?” Aku menatap roti yang diawarkan Jimmy, dan aku ingat aku belum sarapan pagi ini, karena kau terburu-buru. Aku menggeleng dan mengucapkan terima kasih.
Aku membuka agendaku, dan menuju hari Kamis untuk melihat jadwalku dan mengubah jadwalnya. Ketika tatapanku tertuju dengan tulisan aneh di kolom hari Rabu, “Grocery shopping, oke jam berapa?, aku tunggu di depan kelasmu Rabu aku ga ada pengayaan. Nico IPA 1” Aku kaget membaca ini semua, kenapa bisa? Aku melhat tanda panah yang di tulis disitu. “OMG Aku belum mengubah tulisan yang salah di hari Rabu” Tapi kenapa bisa, apa ada kakak kelas yang iseng menuliskannya, atau ini benar Nico IPA 1 yang menuliskannya. Aku membalikan halaman berikutnya dan aku melihat tulisan-tulisan aneh di kolom hari-hari berikutnya, “hari Jum’at Dating dengan Nico IPA 1, hari Sabtu Jaga BookLand bareng Nico IPA 1, Senin belajar bareng Nico IPA 1” Siapa yang berani menulis ini semua di agenda ku? Antara bingung dan marah aku bertanya dengan Jimmy, “Jim, kamu tau ga kakak kelas siapa yang duduk di bangku ini?” Jimmy menggeleng sambil meminum jus jeruknya.
***
Aku tidak tahu harus bagaimana, perasaanku campur aduk antara penasaran dan marah dengan orang yang menulis seenaknya di agendaku ini. Apakah ini serius atau cuma akal-akalan kakak kelas yang ingin mengerjai adik kelas. Aku tidak berani menceritakan ini semua dengan Karin bisa-bisa ini menyebar satu sekolah, dan aku bisa malu dibuatnya. Sepertinya aku harus berani bertemu Nico IPA 1 tersebut, “Kalau bukan dia pelakunya bagaimana? Kan aku bisa malu banget menuduh orang tanpa bukti yang jelas” Tapi aku harus berani bertanya dengannya kalau ingin semua ini jelas. Tanpa pikir panajang aku bertanya dengan Karin, “Yang namanya Nico IPA 1 itu yang mana sih Rin?” Karin terlihat heran dengan pertanyaan yang aku berikan kepadanya, dan tiba-tiba Karin menarikku dan menuju lapangan basket.
Aku bingung dengan yang dilakukan Karin kepadaku, apa hubungannya Lapangan Basket dengan Nico IPA 1, Aku melihat sekumpulan kakak kelas XII yang sedang mengobrol sambil tertawa. Mataku tertuju dengan sosok laki-laki berkacamata berkulit putih yang seharusnya dimiliki oleh perempuan sepertiku, dan tingginya sekitar 178 cm dari postur tubuhnya sepertinya dia atlet basket. Aku tidak memperhatikan wajahnya karena perhatianku tertuju ke buku yang dia pegang karena aku melihat buku itu masih tersegel plastik dan ada stiker BookLand. Aku yakin dia beli di toko bukuku.
“Kak Nico ini yang namanya Gamila kak” Aku bingung menatap Karin. “Karin cuma berkata, tadi kak Nico nyariin kamu lho Mila, katanya kalau aku ketemu kamu kak Nico minta tolong mau ketemu kamu” Aku cuma melongo mendengar ucapan Karin. Bagaimana penampilanku sekarang? Apakah buruk? Aku lupa mencium aroma mulutku, semoga Nico tidak pingsan menciumnya. Dan tiba-tiba orang yang bernama Nico itu berdiri dan menghampiri ku. “Hai Gamila, besok jadikan Grocery Shoppingnya?” Rasanya diriku ingin terbang dan tidak ingin turun ke bumi lagi mendengar suara itu. Apakah ini mimpi? Atau cuma khayalan ku saja?, aku mencubit kulit lenganku dan aku merasakan sakit, tetapi aku bahagia. Ternyata laci bangku sekolah bisa menjadi tempat romantis untuk memulai suatu hubungan.
Kisah Cinta dari Laci Meja
Jumat, 30 Maret 2012
Diposting oleh
Ratih Widiastuti B
di
03.54
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar