“Kamu mau kemana?” lelaki berpenampilan
seperti model pakaian Burberry itu menyamakan langkahnya.
“Aku
mau pergi, aku ga tahan disini, aku lelah” perempuan itu tetap melangkahkan
kakinya lebih cepat.
“Aku
antar, tunggu dulu aku mau ambil mobil” perempuan itu mebalikkan tubuhnya dan
hampir menbarak lelaki itu, dengan tegas perempuan itu menggeleng dan
mengatakan, “Ga usah Billy, aku naik taksi aja, aku ga mau ganggu waktumu
dengan teman-teman populermu lagi.”
Perempuan
itu melambai untuk memberhentikan taksi yang lewat. Taksi biru itu berhenti di
depan perempuan itu, dengan segera perempuan itu masuk ke taksi sebelum lelaki
itu menarik tubuhnya lebih keras.
“Mau
kemana mbak?” pertanyaan biasa yang selalu di berikan supir taksi kepada penumpang
yang masuk mobil tersebut.
“Ke
Denpasar Pak, nanti kalau sudah di Denpasar saya bilang mau berhenti dimana”
Perempuan tersebut masih bingung ingin pergi kemana, yang jelas dia ingin pergi
jauh dari tempat yang dia masuki tadi
dan memperbaiki #CeritaHariIni.
Andre,
Sabtu 31 Januari 9.00 pm Bookland
“Huaaaaaahhemm”
entah kuap yang keberapa yang aku keluarkan dari jam 6 sore tadi, aku tidak
menghitungnya. Kalau seandainya aku menghitungnya mungkin jumlah kuap ku
sejumlah tangga naik sampai puncak Borobudur. Sekarang hari Sabtu dan aku
mendapat jadwal menjaga Bookland, sebenarnya aku pantang menjaga Bookland hari
Sabtu karena Sabtu adalah jadwal aku hangout dengan teman-teman ku. Semenjak
menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, waktuku untuk bersenang-senang sungguh
terbatas. Cuma Sabtu dan Minggu merupakan hari bebas ku, maka dari itu aku aku
pantang menjaga Bookland di hari sabtu, aku perlu waktu istirahat. “Kalau aku
istirahat ya aku harus istirahat full 24 jam, ga ada acara menjaga ini itu atau
melakukan itu.”
Ini
karena adik perempuanku Tita, karena acara ulang tahu sekolahnya (yang juga
almamater SMA ku dulu) yang diadakan di The Stones (yang merupakan tempat
clubbing yang lagi HIP saat ini) dia tidak mau melewatkannya karena dia tidak
pernah pergi ketempat seperti itu, apalagi sekarang dia mempunyai gandengan
baru (alias pacar baru). Seandainya dia belum punya pacar, pasti dia
merengek-rengek pada ku untuk mengantarnya, aku sih ga keberatan, “Kapan lagi
bisa ketempat seperti itu melihat jadwal kuliah dan menjaga Bookland kalau ditotalkan
mencapai 17 jam/hari?”
Bookland
memilliki banyak pegawai, tempat ini memiliki konsep toko buku dan cafe, karena
lokasinya yang strategis, tempat ini biasa dijadikan tempat nongkrong untuk
sekedar ngopi, wifi gratis, dan membaca buku. Kalau pagi sampai siang biasa
dipakai orang kantoran untuk ketemu klien. Nuansa tempat ini cukup nyaman dan
menarik karena memiliki design terang dan minimalis. Hampir 20 jam aku
menghabisi waktu disini sehingga aku bosan dengan tempat ini, walaupun bosan
aku mencintai tempat ini karena ini merupakan pemberian terakhir almarhum ibuku
untuk aku dan kedua adikku. Mau tidak mau aku harus menjaga tempat ini sebaik
mungkin.
Aku
mengambil iPad ku dan mengecek e-mail masuk yang lebih banyak berisi info baru
di jurnal kedokteran dan membalas e-mail dari teman-teman lamaku di Kanada.
Bosan aku bermain dengan iPad aku mengambil PSP ku dan mulai bermain Winning
Eleven, aku ga puas bermain WE melalui PSP yang aku suka bermain dengan layar
besar dengan PS3. Seandainya diizinkan oleh Ayahku, aku ingin membawa PS3 ku
kemari dan memasangnya di tv LED di Cafe, sebelum aku memberikan ide ini Ayahku
pasti sudah protes besar-besaran. Tv LED dipasang untuk memberikan kenyamanan
pengunjung Cafe, kalau aku pasang PS3 disana bisa-bisa pengunjung cafe
terganggu dengan aku yang sedang main PS3. Memang benar sih alasan ayahku itu.
Yah.. mau gimana lagi harus puas dengan iPad dan PS3 ku, kalau sedang mood aku
bawa MacBook ku kemari.
Permainan
ku diganggu dengan petugas FeDex yang datang, “Bener-bener deh jasa fedex ini
life to deliver, sabtu malam masih ngirim paket apa mereka bisa menunggu hari
Senin, aku lagi ga mood mengurus paket buku luar negeri” Masih dengan PSP di
tanganku aku melihat box cokelat dengan tulisan Amazon, “Mohon tanda tangannya
disini” sambil menunjuk tempat yang harus aku tanda tangani, petugas itu tersenyum dengan tulisan dan
tanda tanganku. Oke aku tahu tulisanku jelek dan cakar ayam, lebih parah dari
cakar ayam. Petugas fedex itu pergi sambil mengucapkan terima kasih. Bookland
menyediakan jasa untuk memesankan buku di situs luar negeri seperti Amazon dan
eBay, jadi orang-orang menggunakan jasa Bookland dikarenakan rumitnya proses
berbelanja di situs luar negeri, belum lagi harus transfer melalui dollar,
kadang kalau pesanan buku di Eropa harus menggunaka Euro.
Sambil
memperhatikan box cokelat itu, dia memanggil Ahmed untuk membongkar box cokelat
itu. Dia terlalu malas untuk membuka box cokelat itu karena mood nya sedang
hilang entah kemana, kalau moodnya itu ada dia bisa sendiri untuk membongkar
box itu. Mataku melibar ketika melihat siapa masuk ke pintu Bookland, perempuan
yang hampir mirip dengan Miranda Kerr ketika di fashion show Victoria Secret,
dengan kulit yang kuning langsat namun bersih, matanya yang cokelat bening aku
tidak mampu berkata-kata lagi. Dari pakaian nya yang lebih cocok dikenakan di
catwalk dari pada di bawa ke Cafe apalagi toko buku seperti ini, apa dia salah
alamat atau dia mau tanya alamat? Tapi tunggu dulu wajah itu kenapa terlihat
sedih?
Alika,
Sabtu 31 Januari 9.30 pm Bookland
Aku
bingung ingin pergi kemana, dirumah pasti kosong kakakku belum pulang. Orang
tua ku sedang keluar negeri untuk bulan madu kedua. Aku tidak mau sendiri di
rumah yang kosong, walaupun ada pembantu disana. Aku mengitari kota Denpasar
dan memutuskan untuk mencari sesuatu yang hangat di Cafe yang nyaman dan
terdekat. Aku meremas clutch bag berwarna emas ku untuk menahan tangisan ku
yang bisa saja pecah. Tapi aku tidak ingin menangis saat ini, aku ingin
bahagia, tertawa, gembira, lepas dari image popular yang sejak kapan bisa
melekat di diriku. Apa karena aku anak cheers aku mendapat image seperti itu,
aku ikut cheers karena aku suka menari, bukan ingin popular.
Aku
memutuskan untuk pergi ke Bookland, sudah lama aku tidak membaca buku. Hobi ku
membaca buku dan menulis apapun itu cerita, artikel, mungkin ide-ide dimasa
depan juga kadang aku tulis dan aku simpan dalam kotak khusus. Semenjak
mengikuti Cheers aku sudah tidak pernah membawa novel di dalam tasku.
Keseharian ku selalu diisi dengan bergosip, latihan cheers, hangout ketempat
yang di bilang keren dan sebagainya. Aku sudah muak dengan semua itu, aku tidak
butuh Populer, aku butuh menjadi diriku sendiri, aku senang membaca buku,
kenapa ketika aku membaca buku mereka menyebut aku geeks. Ada yang salah dengan
geeks, mereka bisa lebih hebat dari orang popular di masa depan. Memang malam
ini waktu yang tepat ketika aku bilang ingin berhenti menjadi anggota Cheers di
depan Meira ketua Cheers sekolah ku. Meira dan anggota cheers yang lain, aku
muak dengan mereka apalagi tindakannya malam ini yang benar-benar tidak
berprikemanusiaan, pertama dengan mengejek anak-anak klub buku dan sastra yang
datang di The Stones malam ini yang mengatakan tempat mereka seharusnya di
perpustakaan daerah bukan disana, dan idenya untuk anggota cheers untuk menari
dengan pakaian super seksi, Bikini dan rok mini, yang benar saja,
menatang-mentang tidak ada guru yang hadir. Berhenti menjadi anggota cheer
merupakan ide yang terbaik. Ketika diriku menari bukan jiwaku menari tetapi
tubuhku saja dan ketika aku membaca aku jiwaku dan seluruh tubuhku ikut luruh
dengan fantasi yang ada dalam kahayalan buku tersebut.
Sudah
lama aku tidak mencium aroma buku yang baru di buka dari segelnya, melihat
warna-warni berbeda dari deretan buku yang di atur dalam rak, dan mengelus
cover buku yang licin dengan timbulan huruf judulnya. “Aku rindu semua itu”
gumamku di depan bookland. Lama aku berdiri di bookland, aku berpikir keras
apakah aku harus masuk atau tidak, melihat pakaianku yang cocok dibawa clubbing
dari pada ke toko buku dan cafe. Tapi aku harus masuk untuk menenangkan diriku
dan melepas kerinduanku membaca buku.
Andre
& Alika, Sabtu 31 Januari 9.45 pm Bookland
Perempuan itu
melangkah mantap masuk ke Bookland masih dengan wajah sendunya, ketika dia
masuk dan memberikan senyum kecil kepada laki-laki yang sedang menggenggam
PSPnya yang sedari tadi memperhatikannya. Perempuan itu bingung harus
bagaimana, karena ini baru pertama kali ke Bookland, dia cuma mendengar
Bookland dari teman-teman sekelasnya bahwa tempat ini nyaman dan menarik.
Perempuan itu berjalan ke meja kasir dan informasi dimana laki-laki yang
memperhatikannya dari tadi berada. Sambil tetap tersenyum perempuan itu
bertanya, “Selamat malam, saya Alika saya ingin mencari buku, saya ingin
bertanya apa buku terbaru minggu ini?” Lelaki itu terdiam lama antara kagum dan
heran mungkin melhat perempuan secantik itu bisa ada dihadapannya malam ini.
Lelaki itu tersadar ketika seorang pagawainya menyenggol lengannya.
Pegawai
tersebut menyarankan untuk melihat di laci kaca “new release book in this week”
dan menyarankan untuk membuka saja pintu kaca lemari tersebut jika ingin
membacanya. Perempuan tersebut tersenyum dan bersyukur hari ini tidak terlalu
ramai dibagain toko buku tidak seperti di bagian cafe yang terlihat makin ramai
padahal malam sudah semakin larut. Lelaki itu tiba-tiba berbicara, “Saya Andre
salah satu pemilik Bookland, apa perlu saya bantu mencarikan buku yang kamu
mau?” Pegawai lelaki tersebut sedikit bingung melihat tingkah lelaki yang
merupakan bosnya itu. Pegawai itu lebih baik menyingkir dan memberikan waktu
lebih kepada bosnya untuk mulai mengenal perempuan bermata indah tersebut.
Lelaki
itu mengantar perempuan itu ke depan lemari kaca tempat dipajangnya buku-buku
baru tersebut. Perempuan itu memberikan senyum terima kasih kaepada laki-laki
tersebut yang dibalas dengan senyum canggung dari lelaki tersebut. “Kamu
mencari buku seperti apa Alika?” pertanyaan pertama yang keluar dari bibir
manis lelaki tersebut untuk mengusir rasa canggung yang tiba-tiba datang pada
dirinya. “Hmmm.. aku juga bingung ingin mencari buku apa, aku sudah lama ga
baca buku, aku kangen membaca buku-buku” Lelaki itu menganggukkan kepalanya,
karena bibirnya sepertinya susah untuk mengatakn kata “oooooo...” Perempuan itu
tersenyum dan mengambil salah satu buku karangan Primadonna Angela yang terbaru
“How’s To Be a Writer” dia tertarik melihat cover manis berwarna cream dengan
ilustrasi perrempuan sedang berpikir untuk menulis dan tumpukan buku dan
secangkir kopi. Dia membaca teaser di belakang buku tersebut, perempuan itu
bergumam ini merupakan penggabunga sebuah cerita dan teknik-teknik menulis
sebuah cerita. Perempuan itu terlihat senang dan gembira bisa menemukan buku
itu. Lelaki itu terasa tentram melihat ekspresi perempuan itu seperti melihat
oase di gurun pasir walaupun itu cuma fatamorgana.
“Sepertinya
saya ingin membeli buku ini” Lelaki itu tersadar dari lamunannya tentang
perempuan itu. “ohh.. oke, mau cari buku yang lain atau hanya ini saja, aku
bisa membantu mu untuk mencarikan buku-buku yang bagus lainnya” Lelaki itu
berharap perempuan itu setuju akan pilihannya, tetapi dewi fortuna sepertinya
belum tertuju kepadanya, lelaki tersebut tampak kecewa. Perempuan itu tersenyum
dan menggelengkan kepalanya, “aku cari satu saja, karena aku hari ini tidak
membawa uang banyak, dan sepertinya jam 11 malam toko ini akan tutup, aku butuh
waktu berjam-jam untuk mencari buku, bukan karena aku tidak tahu buku apa yang
ingin aku cari tetapi aku suka melihat buku yang berderetan di rak, aku ga
bosan melihatnya.” Lelaki itu tampak terkejut dengan yang diutarakan oleh
perempuan cantik itu. “Perempuan ini jujur” gumam lelaki tersebut dan dia
tampak penasaran dengan perempuan ini.
“Kamu
ada acara hari ini? Aku liaht dari pakaianmu sepertinya kamu baru pulang pesta
mungkin” perempuan itu tertawa, “iya aku habis datang dari pesta yang tidak aku
sukai” gumam perempuan itu tetapi perempuan itu cuma mengatakan “ iya pesta
ulang tahun SMA ku di The Stones, aku lebih baik pulang cepat karena aku tidak
suka dengan tempat seperti itu. Lelaki itu lagi tidak percaya dengan apa yang
dikatakan perempuan itu dan membuat lelaki ini tambah penasaran dengan
perempuan ini. Dengan seluruh keberaniannya lelaki itu bilang “Kamu teman
adikku Tita ya? Atau kakak kelas mungkin”, perempuan itu menoleh dan berkata
“Iya aku teman Tita, tapi beda kelas, kamu kakaknya ya?”, lelaki itu mengangguk
dan berkata, “apa kamu ga keberatan untuk mengobrol denganku, aku traktir teh atau
kopi di cafe ini dan kue, kamu bisa pilih apa saja, karena semua nya enak-enak”
perempuan itu tampak berpikir dengan ajakan lelaki itu, dan mengangguk dengan
antusias. Tetapi ketika melihat keramaian di cafe tersebut terlihat keengganan
di wajah perempuan itu. Melihat hal tersebut lelaki itu memberi tahu kalau
mereka akan minum di dalam toko buku di kursi dan meja yang disediakan toko
buku bagi pungunjung toko buku yang lelah dan orang-orang yang menemani
pasangannya mencari buku. Lelaki dan perempuan itu terlibat obrolan yang seru
dan panjang sehingga mereka lupa waktu, ini merupakan awal kisah dari lelaki
dan perempuan itu.